St. Teresia dari Lisiuex (Kanak-kanak Yesus)
Seryz Taku.
KISAH HIDUP
Maria Francoise Theresia Martin dilahirkan di kota Alençon, Perancis, pada tanggal 2 Januari 1873. Ayahnya bernama Louis Martin dan ibunya Zelie Guerin. Ayahnya bekerja sebagai pembuat arloji di kotanya. Sementara ibunya seorang ibu rumah tangga biasa yang saleh. Pasangan ini dikarunia sembilan orang anak, tetapi hanya lima yang bertahan hidup hingga dewasa. Kelima bersaudara itu semuanya puteri dan semuanya menjadi biarawati! Teresia merupakan putri bungsu. Saat masih kecil, Teresia di beri bermacam-macam julukan, yakni; Teresia kecil, Bungsu kecil dan Ratu kecil.
Teresia dididik dalam keluarga yang diwarnai oleh kasih dan dipersiapkan untuk menjalani hidup yang seutuhnya untuk Tuhan. Ia dilatih untuk hidup jujur dan disiplin. Ia juga dilatih untuk bersikap ramah tehadap orang lain. Latar belakang hidup keluarga, khususnya orangtuanya, menunjukkan sikap dukungan positif baginya dan mempersiapkannya untuk menjawabi cinta dan panggilan Tuhan. Teresia dibina dalam sebuah keluarga yang dengan setia menghayati tata hidup kekristenan yang tinggi. Ia belajar di sekolah Suster-Suster Benediktin. Teresia adalah seorang murid yang cerdas. Hal ini yang menimbulkan penderitaan baginya karena mendapat banyak perlakuan kasar, rasa iri dan cemburu yang mendalam dari teman-teman kelasnya yang kebanyakan lebih tua dari Teresa. Namun, ia tetap tabah dalam mengahadapi semua perlakuan teman-temannya.Ia tak pernah mengeluh dengan setiap perlakuan yang tak terpuji dari teman-temanya. Sebaliknya ia menerima semuanya dengan senang hati.
Masa kecil yang penuh bahagia tidak berlangsung lama. Kebahagiaan yang ia miliki kini perlahan pudar. Ibunya terserang penyakit kanker. Pada masa itu, mereka belum memiliki obat-obatan dan perawatan khusus seperti sekarang. Para dokter mengusahakan yang terbaik untuk menyembuhkannya, tetapi penyakit Nyonya Martin makin bertambah parah. Akhirnya Nyona Martin dengan tenang dan damai kembali ke pangkuan Sang Ilahi. Ia meninggal dunia ketika Theresia baru berusia empat tahun. Hal ini membuat Teresa sangat terpukul. Ia merasa sangat kehilangan.
Waktu belalu. Sepeninggal isterinya, ayah Theresia memutuskan untuk pindah ke kota Lisieux, di mana kerabat mereka tinggal. Di dekat tempat tersebut, ada sebuah biara Karmel di mana para suster berdoa secara khusus untuk kepentingan seluruh dunia. Ketika Theresia berumur sepuluh tahun, seorang kakaknya, yakni Pauline, masuk biara Karmel di Lisieux. Hal itu amat berat bagi Theresia. Karena setelah ibunya meninggal Paulina-lah yang menjadi ibu bagi Teresia. Teresia amat merasa kehilangan hingga ia sakit parah. Meskipun sudah satu bulan Theresia sakit, tak satu pun dokter yang dapat menemukan penyakitnya. Ayah Theresia dan keempat saudarinya berdoa memohon bantuan Tuhan. Hingga, suatu hari patung Bunda Maria di kamar Theresia tersenyum padanya dan ia sembuh sama sekali dari penyakitnya!
Theresia sangat mencintai Yesus. Ia ingin mempersembahkan seluruh hidupnya bagi-Nya. Ia ingin masuk biara Karmel agar ia dapat menghabiskan seluruh harinya dengan bekerja dan berdoa bagi orang-orang yang belum mengenal dan mengasihi Tuhan. Tetapi masalahnya, ia terlalu muda. Jadi, ia berdoa dan menunggu dan menunggu dan berdoa. Hingga akhirnya, ketika umurnya lima belas tahun, atas ijin khusus dari Paus, ia diijinkan masuk biara Karmelit di Liseux.
Suatu ketika, Teresia mendengar berita tentang seorang penjahat yang telah melakukan tiga kali pembunuhan dan sama sekali tidak merasa menyesal. Theresia mulai berdoa dan melakukan silih bagi penjahat itu (seperti menghindari hal-hal yang ia sukai dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang kurang ia sukai). Ia memohon pada Tuhan untuk mengubah hati penjahat itu. Sesaat sebelum kematiannya, penjahat itu meminta salib dan mencium Tubuh Yesus yang tergantung di kayu salib. Theresia sangat bahagia! Ia tahu bahwa penjahat itu telah menyesali dosanya di hadapan Tuhan.
Menemukan Kembali Kekuatan Hidupnya
Setelah kematian ibunya, watak dan perangai Teresia mulai berubah secara total. Ia yang sebelumnya seorang periang, lincah dan lucu kini menjadi seorang anak yang cepat tersinggung dan mudah menangis. Kenyataan ini sangat mempengaruhi perjalanan hidup selanjutnya. Di tambah lagi kakanya Pauline yang ia kasihi meninggalkannya dan masuk biara. Namun dalam satu kesempatan ia menyadari diri bahwa, ia masih kekanak-kanakan bila ia tanpa sengaja telah menyusahkan orang yang dicintainya, mulailah air matanya mengalir dan bukannya menguasai diri. Dan anehnya lagi, apabila ia telah bisa mengatasi masalahnya dan menguasai diri, ia menangis lagi karena tadinya ia menangis.
Kenyataan inilah yang membuatnya untuk segera mewujudkan cita-citanya. Ia ingin menjadi suster Karmel. Dan kerinduaannya menjadi kenyataan pada malam Nataltahun 1886. Teresia menulis “Di malam yang penuh cahaya ini, yang memancarkan suka cita Tritunggal Mahakudus, Yesus yang baru berusia satu jam itu mengubah kegelapan malam jiwaku menjadi terang. Di malam ini ketika Dia menjadika diri-Nya lemah dan penuh derita demi kasih kepadaku, dia membuat saya kuat dan berani. Dia melengkapi saya dengan kekuataan-Nya dan semenjak malam yang terberkati itu saya tidak dikalahkan oleh satu perjuangan sekalipun, melainkan memenangkan perjuangan demi perjuangan.”Sebetulnya ini merupakan pengalaman yang sederhana namun sangat menakjubkan. Teresia secara pribadi merasa sungguh bahagia menerima Yesus yang kuasa melalui Natal yang Kudus.
Tantangan Masuk Biara
Sejak mengalami rahmat Natal dan pangalaman rohani, selanjutnya Teresia mempunyai satu kerinduan yang besar dan kuat untuk masuk ke biara Karmel. Namun kerinduannya itu tidaklah muda. Usianya yang masih 15 tahun rupanya belum menyetujui segala keinginannya. Dan bukan sajaumur yang menjadi halangan. Pihak keluarga pun tidak mengamini kerinduannya. Pada suatu hari, ia bertemu dengan ayahnya, meminta untuk menyetujui inginnya. Ayahnya lalu dengan mesra mendekap putrinya dan bertanya sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan ratu kecilnya. Sang Ayah kemudian berdiri dan berjalan perlahan seolah menahan rasa harunya. Teresia lalu mengutarakan isi hatinya untuk segera bergabung dengan kakak-kakaknya di biara Karmel. Namun, hanya air mata yang menjadi jawaban Ayahnya. Dia akan merasa kehilangan karena ia sungguh mencintai putrinya.
Berpisah Dengan Orang-Orang Kecintaannya
Pada tanggal 8 April 1888, sehari sebelum Teresia Masuk biara Karmel, keluraga mengadakan perjamuan makan malam bersama. Pertemuan ini sungguh mengharukan baginya. Iajuga merasakan betapa beratnya perpisahan itu. Ia yang sebetulnya akan dilupakan oleh keluarga, malahan sekarang mendapat kasih sayang hangat. Ayahnya tak mau bicara, tapi dari wajahnya terpancar kelembutan kasih yang mesra akan putrinya.
Sebelum masuk biara, ia memeluk, merangkul orang-orang kecintaannya. Lalu berlutut dan meminta berkat dari ayahnya yang telah bersamanya berjuang meminta izin mulai dari Lisieux sampai Roma.
Misi Cinta
Setelah melewati perjalanan yang tidak mudah, kurang lebih 2,5 tahun ia sebagai seorang postulan dan kemudian sebagai seorang novis. Kehidupan membiara dalam Karmel tidak mengejutkan dia. Ia alami sebagaimanayang ia bayangkan. Ia bertekad untuk tidak mundur atau melarikan diri. Ia sadar bahwa perjalanan selanjutnya adalah tidak mudah dan bukanlah tidak mungkin jika tidak ada kesulitan. Salib dan derita harus ia hadapi, tekadnya dalam hati. Selanjutnya, Teresa menyadari bahwa untuk mencapai tujuan orang harus menggunakan sarana. Sarana yang harus digunakan adalah salib dan derita.
Akhirnya akhir bulan Oktober 1888, Kapitel rumah biara Karmel telah mengambil keputusan untuk menerima Teresa masuk dalam novisiat. Pada hari penerimaan jubah itu, bumi Lisieux dipenuhi salju. Ini adalah bukti cinta Yesus kepadaku, katanya. Sebagai seorang religius, ia memilih nama baru. Dan nama yang pilih adalah Teresia dari Kanak-kanak Yesus dan Wajah Kudus. Cintanya kepada Kanak-kanak Yesus mendorongnya untuk mempersembahkan diri sepenuhnya menjadi bola kecil bagi Sang Kanak-kanak Yesus. Ia mau melakukan apa saja untuk menyenangkan hati Tuhan. Itulah tekadnya.
Selanjutnya yang ia lakukan di biara tidak ada yang istimewa. Tetapi, ia mempunyai suatu rahasia: Cinta. Suatu ketika Theresia mengatakan, “Tuhan tidak menginginkan kita untuk melakukan ini atau pun itu, Ia ingin kita mencintai-Nya.” Jadi, Teresia berusaha untuk selalu mencintai. Ia berusaha untuk senantiasa lemah lembut dan sabar, walaupun itu bukan hal yang selalu mudah. Para suster biasa mencuci baju-baju mereka dengan tangan. Seorang suster tanpa sengaja selalu mencipratkan air kotor ke wajah Teresia. Tetapi Teresia tidak pernah menegur atau pun marah kepadanya. Teresia juga menawarkan diri untuk melayani suster tua yang selalu bersungut-sungut dan banyak kali mengeluh karena sakit. Teresia berusaha melayani dia seolah-olah ia melayani Yesus. Ia percaya bahwa jika kita mengasihi sesama, kita juga mengasihi Yesus. Mencintai adalah pekerjaan yang membuat Teresia sangat bahagia.
Penghayatan akan Kaul-kaul
Kehidupan seorang religius secara konkret dihayati dalam tiga nasihat injili yang oleh para pelaku hidup bakti disebut kaul-kaul kebiaraan. Dalam perjalanan hidupnya Teresia berdoa untuk memohon rahmat khusus agar dapat menghayati kaul-kaunya dengan sungguh hati.
o Kemurnian
Bagi Teresia kemurnian berarti memberikan seluruh cintanya hanya bagi Tuhan yakni sebuah cinta yang utuh, tanpa batas. Batasnya hanya Allah sendiri. Di hari profesinya, ia menulis, semoga segala sesuatu di dunia ini tak pernah membingungkan jiwaku. Semoga tak ada sesuatu pun yang dapat mengganggu kedamainaku dengan Yesus. Yesus, kepada-Mu saya memohon damai dan cinta, cinta yang tak terbatas, tanpa satu batas selain Engkau Yesus. Ya cinta yang bukan dari diriku, melainkan dari Dikau Yesus Kekasihku.
Dalam satu kesempatan, Suster Maria dari Para Malaikat dan Hati Kudus, bersaksi tentang kemurnian Teresia. Dia mengatakan bahwa, Teresia adalah seorang malaikat dalam tubuh manusia. Dia tidak perbah mengatakan kata-kata yang kurang pantas.
o Kemiskinan
Bagi Teresia kemiskinan berarti melihat Allah sebagai satu-satunya harta kekayaan. Di saat profesinya, ia bertekad bahwa semoga saya tak pernah mencari atau menemukan suatu pun selain hanya Engkau; semoga semua makhluk ciptaan tidak berarti sedikit pun bagiku dan saya juga tidak berarti bagi mereka, tetapi hendaknya Engkau Yesus, menjadi segala-galanya...! Adalah satu kebodohan dan satu kesalahan bahkan tidak pantas mengucapkan kaul kemiskinan tetapi tidak mau menderita karenanya. Sunggu ia sangat mengahayati kaul kemiskinan tanpa mengeluh. Semua yang ia miliki sungguh sederhana. Ia selalu mencari dan memakai pakaian biara atau barang-barang lainnya yang paling buruk bahkan yang sudak tak layak di pakai.
o Ketaatan
Sehubungan dengan ketaatan, Teresia berpendapat bahwa ia mau melaksanakan seutuhnya kehendak Allah yang secara konkret terungkap dalam ketaatan komunitas. Dengan cara ini, ia tak mau menjadi beban bagi orang lain. Pada saat mempersembahkan dirinya sebagai kurban belas kasih kepada Allah ia berkata, aku ingin melaksanakan kehendak-Mu sepenuhnya.....! Teresia tidak pernah membiarkan dirinya melanggar semua aturan dalam biara. Ia melakukan segala sesuatu dengan senang hati meskipun itu sangat berat bagi orang lain. Ia tak pernah mengeluh.
Pergi ke Rumah Bapa
Sejak tanggal 2-3 April 1896, Teresia mengawali perjalanan penderitaan yang pada akhirnya mengantarnya menuju kematian harapan.Hanya sembilan tahun lamanya Teresia menjadi biarawati. Ia terserang penyakit tuberculosis (TBC) dan paru-paru yang membuatnya sangat menderita. Kala itu belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit TBC. Dokter hanya bisa sedikit menolong. Ketika ajal menjelang, Teresia memandang salib dan berbisik, “O, aku cinta pada-Nya, Tuhanku, aku cinta pada-Mu!” Pada tanggal 30 September 1897, Teresia meninggal dunia ketika usianya masih 24 tahun. Sebelum wafat, Teresia berjanji untuk tidak menyerah pada rahasianya. Ia berjanji untuk tetap mencintai dan menolong sesama dari surga. Sebelum meninggal Teresia mengatakan, “Dari surga aku akan berbuat kebaikan bagi dunia.” Dan ia menepati janjinya! Teresia juga sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir ia berjanji akan menurunkan hujan mawar ke dunia. Janji ini benar-benar terpenuhi karena banyak karunia Allah diberikan kepada semua orang yang berdoa lewat perantaraannya. Semua orang dari seluruh dunia yang memohon bantuan St. Teresia untuk mendoakan mereka kepada Tuhan telah memperoleh jawaban atas doa-doa mereka.
Setelah Teresia Wafat
Setelah wafat, Teresia menjadi terkenal karena buku yang ditulisnya “Kisah Suatu Jiwa,” yang diterbitkan satu tahun setelah wafatnya (di Indonesia diterjemahkan dengan judul: ‘Aku Percaya akan Cinta Kasih Allah’). Teresia dikanonisasi pada tahun 1925 oleh Paus Pius X. Ia dikenal dengan sebutan Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus atau Santa Teresia si Bunga Kecil. St. Teresia bersama-sama dengan St. Jeanne d’Arc diberi gelar Pelindung Perancis. Selain itu St. Teresia bersama-sama dengan St. Fransiskus Xaverius diberi gelar Pelindung Misionaris. Dan pada tanggal 19 Oktober 1997, Teresia juga menjadi wanita ke-3 yang diberi gelar Doktor Gereja. Kita dapat mohon bantuannya mengenai apa saja. Ia pernah berjanji akan melimpahi kita dengan bunga-bunga mawar dari surga dan memang, sejak kematiannya banyak mukjizat yang terjadi berkat bantuan doanya. Pestanya dirayakan setiap tanggal 1 Oktober.
Rahasia Theresia : Jalan Kecil, Jalan Kanak-Kanak Rohani
Teresia seorang gadis yang sederhana dengan ‘jalan kecilnya’ yang istimewa. Ia menunjukkan bahwa kekudusan dapat dicapai oleh siapa saja betapa pun rendah, hina dan biasanya orang itu. Caranya ialah dengan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cinta kasih murni kepada Tuhan. Kita pun dapat menjadi kudus dengan cara-cara sederhana seperti yang dilakukan oleh St. Teresia dengan jalan kecilnya.
SPRITUALITAS
o Semangat Doa yang tinggi
Sebagai seorang suster Karmel, ia sadar bahwa ia di panggil secara khusus untuk hidup doa. Sepanjang keseluruhan hidupnya, ia selalui melewatinya dengan hidup doa yang tinggi. Ia tidak hanya berdoa bersama sesama susternya dalam ibadat harian maupun kehidupan doa lainnya, tetapi ia juga berdoa secara pribadi lewat doa batin dan devosi-devosi pribadi.
Mengenai doa batin, sebenarnya santa Teresia sejak kecil sudah mempraktekkannya. Sebagai seorang anak ia mencari tempat yang agak tersembunyi, tempat yang kosong atau di balik tempat tidurnya yang di tutup dengan tirai. Di tempat seperti inilah ia menghabiskan waktu untuk sejenak bertemu dengan Yesus sang kekasihnya.
Santa Teresia pernah menyatakan bahwa alangkah besar kekuatannya. Doa dapat membawa kita menuju tempat yang damai, ke taman indah surgawi. Lebih lanjut ia menyatakan, doa merupakan suatu luapan hati, sebuah pandangan sederhana ke surga, suatu luapan syukur dan cinta baik di tengah penderitaan maupun sukacita.
Ia tidak pernah berdoa untuk dirinya sendiri atau keluarganya, tetapi lebih dari itu ia selalu berdoa bagi bagi semua orang yang berdosa, keselamatan jiwa-jiwa dan bagi para biarawan-biarawati seluruhnya.
o Hidup persaudaran
Teresia juga memiliki semangat hidup persaudaraan yang mengagumkan dan cinta kasih yang mempesona dalam komunitas. Kendatipun ada sesama suster yang menjengkelkan atau memiliki sifat kurang baik terhadapnya, namun ia tetap mencintai mereka dengan sungguh-sungguh. Ia pernah menyatakan bahwa, cinta kepada sesama bukan saja terletak pada perasaan melainkan juga dalam perbuatan. Dan yang terpenting dalam hidup adalah persaudaan. Kita harus memiliki sikap persaudaraan sejati dalam hidup kita.
o Melayani dengan rendah hati
Semangat hidup Teresia dalam biara klausura sungguh menunjukkan sebuah pelayanan yang biasa namun dengan semangat luar biasa, semangat kasih yang berkobar-kobar. Kendati kecil dan sederhana, ia melakukannya dengan kesungguhan hati dan penuh kerendahan hati yang tinggi. Hal ini ia lakukandemi cintanya kepada Sang Pemanggil, menyenangkan hati Allah dan hati sesama. Segala sesuatu yang ditugaskan padanya, walaupun oleh sesamanya sungguh berat, namun ia melakukannya dengan senyuman yang tulus. Dengan penuh Kerendahan hati ia melayani setiap suster yang meminta pertolongan meskipun terkadang itu merupakan satu kesengajaan padanya.
o Penghormatan terhadap Ekaristi dan Sakramen-sakramen
Dalam seluruh perjalanan hidup dan panggilan, Teresia secara khusus dan mendalam merasakan buah-buah rahmat dari sakramen-sakramen gerejawi, khususnya sakramen Ekaristi. Teresia menerima Komuni Suci yang pertama, pada tanggal 8 Mei 1884. Dalam perjalanan waktu ia mengenang saat komuni pertamanya sebagai kecupan cinta dari Yesus. Selang beberapa waktu setelah menerima sakramen Maha kudus, ia meminta izin untuk boleh mengaku dosa sebelum hari raya Kenaikan. Ia sungguh bahagia karena Yesus telah mencintainya. Sakramen ini sungguh membuat kehidupannya penuh dengan sukacita yang mendalam dan tak pernah kunjung pergi.
Secara khusus ia mempersembahkan dirinya sebagai kurban bakaran kepada Allah yang penuh belas kasih. Ia menulis, semenjak hari bahagia itu, saya seakan-akan diresapi dan selalu diliputi oleh cinta. Sungguh cinta-Nya selalu menjaga, menuntun saya dalam panggilan hidup saya.
o Devosi kepada Bunda Maria
Santa Teresia dari kanak-kanak Yesus mempunyai hubungan khusus dengan Santa Perawan Maria. Ia telah merasakan banyak kasih keibuan dari sang Ibunda ilahi. Sebelum masuk biara saat dia sakit, ia mengalami kasih penyembuhan karena senyuman sang Perawan. Akhirnya patung Sang Perawan yang tersenyum tersebut boleh ia terima kembali saat Celine kakanya masuk biara pada tanggal 14 September 1894.
Pada saat gelisah maut menghadang, Teresia juga boleh memandang Sang Perawan lewat patung yang sama yang telah memberikan banyak kekuatan dan pengaruh yang besar sepanjang perjalanan hidupnya. Teresia selalu meluangkan waktu dan berlutut di hadapan Perawan Maria sambil berdoa. Dan ia juga telah memahami bahwa Maria sendirilah yang telah menjaganya dan selalu memberikan senyum penyembuhan di saat ia mengalami penderitaan.Dalam perjalanan hidupnya dengan Bunda Maria, Teresia menuliskan beberapa puisi untuk menghormati Bunda Maria. Puisi-puisi itu bertemakan, ‘Lagu Syukur kepada St. Perawan Maria dari Gunung Karmel’, dekat denganmu, ya Perwan Maria’, Ratu surga kepada Anak kekasihnya’, kepada santa Perawan Maria dari kemenangan’, kepada Santa Perawan Maria dari Pembantu abadi’, dan ‘mengapa saya mencintaimu, ya Maria.’
PERBANDINGAN DENGAN BEATO JUSTIN
Kedua orang kudus ini berasal dari latarbelakang keluarga yang sama yakni dari keluarga yang sederhana. Sehingga membuat mereka kesulitan dalam mewuwjudkan cita-cita. Namun hal yang demikian tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk berjuang. Keinginan kuat merekalah yang memenuhi segala kekurangan yang mereka alami. Mereka selalu mempersembahkan semua kegiatan mereka kepada Yang Kuasa. Lebih dari itu, kedua oarng kudus inipun mendapat dukungan yang penuh dari keluarga mereka.
Kehidupan rohani dari kedua orang kudus ini mulai nampak sejak mereka masih berusia kanak-kanak. Hal ini karena dipengaruhi oleh latarbelakang kehidupan rohani keluarga yang selalu menanamkan dasar spiritualitas yang kokoh akan iman kepada Kristus. Sehingga keduanya mampu memahami dan mendengar suara Sang Pemanggil untuk menjadi pelayan yang setia demi kekudusan universal dan kesatuan umat di dunia.
o Devosi kepada Bunda Maria
Santa Teresia dan Beato Justin juga sama-sama menaruh devosi yang kuat pada Bunda Maria. Dalam menapaki panggilan hidup membiara, Santa Teresia dari kanak-kanak Yesus mempunyai hubungan khusus dan mesra dengan Santa Perawan Maria. Ia telah merasakan banyak kasih keibuan dari sang Ibunda ilahi. Sebelum masuk biara saat dia sakit, ia mengalami kasih penyembuhan karena senyuman sang Perawan. Ia percaya bahwa Bunda Maria selalu mendampinginya dalam suka maupun duka. Beato Justin pun menaruh devosi yang kuat pada Bunda Maria. Lebih dari itu, Beato Justin menjadikan Bunda Maria Panggilan Ilahi Sebagai Pemimpin Umum dari Serikat Panggilan Ilahi.
o Semangat Doa yang tinggi
Doa sudah mengakarab pada keseluruhan hidupnya sejak dini. Ia sangat rajin berdoa kapan saja dan di mana saja. Teresa akan sangant sedih bila melihat orang menyakiti hati Yesus dengan melakukan perbuatan yang tak terpuji. Untuk mempertobatkan mereka ia mempersembahkan dirinya korban pelunas dosa. Ia mempersembahkan mereka melalui doa yang khusuk. Dalam satu kesempatan ia berkata, Doa dapat membawa kita menuju tempat yang damai, ke taman indah surgawi. Lebih lanjut ia menyatakan, doa merupakan suatu luapan hati, sebuah pandangan sederhana ke surga, suatu luapan syukur dan cinta baik di tengah penderitaan maupun sukacita. Demikian pun Beato Justin, semangant doa telah tumbuh bersamanya sejak dini. Bagi Beato Justin, doa merupakan pekerjaan yang pertama dan utama. Beato Justin ingin agar para Vocationist berdoa di mana dan kapan saja mereka berada; hendak meninggalkan dan saat memasuki rumah, naik turun tangga, di dalam dan di luar rumah. Ia ingin doa tanpa henti.
o Penghormatan terhadap Ekaristi dan Sakramen-sakramen
Di satu sisi ekaristi merupakan dasar dan jaminan pokok dalam memulai karya dan pelayanan mereka. Dalam seluruh perjalanan hidup dan panggilannya, Teresia secara khusus dan mendalam merasakan buah-buah rahmat dari sakramen-sakramen gerejawi, khususnya sakramen Ekaristi. Ia sungguh bahagia karena Yesus telah mencintainya melalui Ekaristi suci. Sakramen ini sungguh membuat kehidupannya penuh dengan sukacita yang mendalam dan tak pernah kunjung pergi. Hal ini serupa dengan Pendiri kita. Baginya, Ekaristi merupakan pusat hidupnya yang nyata. Tempat tidur dan meja belajarnya diletakkan sedemikian rupa sehingga memudahkan dia untuk dekat dengan tabernakel. Yesus adalah sahabat baik dan terpercaya. Kegiatan pertama dan terakhir yang ia lakukan adalah mengunjungi sakramen mahakudus. Ia tidak akan masuk kamar tanpa lebih dahulu mengunjungi Yesus.
o Semangat Pelayanan
Semangat hidup Teresia dalam biara menunjukan sebuah pelayanan yang biasa namun dengan semangat yang luar biasa, semangat kasih yang berkobar-kobar. Kendati kecil dab sederhana, ia melakukan dengan kesungguhan hati yang tulus. Ia ingin menyenangkan hati Allah dan sesama dengan senyum yang manis. Ia akan merasa bahagia jika ia membantu atau melayani sesama. Hal ini tidak jauh berbeda dengan Beato Justin, ia menghabiskan hidupnya dengan melayani panggilan-pannggilan. Dalam satu kesempatan Beato Justin menulis dalam diary rohaninya; Pelayan orang kudus tidak hanya lewat kata-kata saya, tetapi dalam pikiran saya, perasaan dan kehendak; pelayan yang sungguh-sungguh. Pada akhirnya engkau harus menjadi pelayan kecil, sederhana, waspada, kerja keras, pelayan bagi orang-orang kudus, hamba bagi setiap orang, sebagai hamba di matamu sendiri, di mata umat dan hadapan Allah.
HAL-HAL YANG SAYA PETIK
o Pencinta doa
Doa merupakan segalanya. Tak seharipun ia lewatkan tanpa doa. Doa sudah mengakrab pada dirinya sejak dini. Ia sering mengunjungi gereja untuk berdoa dan bermeditasi. Dalam perjalanan kehidupan sehariannya ia menjadi anak yang sangat rajin dan tekun dalam doa. Ia bahkan berdoa setiap hari. Mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
Santa Teresia mengajarkan saya untuk selalu setia dalam doa entah di mana dan kapan saja. Karena jika saya tidak kuat dalam doa, maka segala sesuatu yang saya lakukan akan sia-sia belaka. Doa akan membantu saya untuk lebih dekat dengan Sang Pemanggil. Dengan doa yang tulus, maka seluruh perjalan hidup saya akan lebih indah.
o Pribadi Yang Tabah
Dalam perjalanan hidupnya, cita-cita Teresia sempat kandas. Hal ini dikarenakan oleh umurnya yang belum cukup untuk membiara. Usianya yang masih 15 tahun rupanya belum menyetujui segala keinginannya. Namun bukan hanya umur yang menjadi halangan. Pihak keluarga pun tidak mengamini kerinduannya.Namun situasi ini tidak sedikitpun mengurung niatnya. Ia pun tidak putus asa ataupun pantang menyerah. Sebaliknya ia menyerahakan seutuhnya kepada Yang Maha Kuasa.Dalam satu kesempatan ketika ia di olok-olok oleh teman-temannya namun ia tidak membalas perbuatan yang tak terpuji itu. Ia tetap menyapa mereka dengan senyum yang indah. Dengan demikian Santa Teresia mengajarkan kepada saya suatu sikap yang sungguh mulia yakni bagaimana saya harus tabah dalam dan kuat dalam menghadapi semua persoalan hidup.
o Pengahatan Akan Kaul-Kaul
Selain semangat kasih dan cintateladan hidup dari Santa Teresia yang patut saya teladani adalah penghayatan akan kaul-kaul kebiaraan.
Kaul kemurnian membuka wawasan berpikir saya untuk tidak hanya memikirkan bahwa seorang yang berkaul itu hidupnya tidak memiliki suami atau isteri melainkan dapat membangun kehidupan rohani saya untuk lebih menciptakan hubungan yang akrab, erat dan mesra dengan Tuhan Yesus sebagai Sang Pemanggil yang murni.
Kaul kemiskinan membuat hati saya untuk tidak terikat semata-mata pada harta duniawi. Hal ini tidak berarti bahwa segala macam harta duniawi itu tidak dibutuhkan dalam karya kerasulan di tengah dunia. Namun lebih membantu saya agar tetap bijaksana dalam menentukan pilihan.
Kaul ketaatan menyadarkan saya untuk selalu mendengarkan segala bentuk nasihat dari siapun, baik dari para formator, pembimbing spiritual, orang tua dan sahabat kenalan dengan beranggapan bahwa segala yang mereka katakan adalah wejangan bagi saya untuk semakin setia dalam menapaki ziarah panggilan untuk menjadi seorang biarawan yang sederhana.
Sekian
Jesus, Mary and Joseph
Tidak ada komentar:
Posting Komentar